Anak Rantau
Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ia bernama Nurma Isni
Sofiriyatin Nahar, ia lahir disebuah kota kecil, Purwokerto. Sekarang ia kuliah
di Universitas PGRI Semarang progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester 4. Ia sudah terbiasa hidup jauh
dari orang tua sejak SMA. Jarak memaksanya untuk tidak tinggal di rumah selama
berbulan-bulan. Ia tinggal disebuah Kost
yang jaraknya tidak jauh dari kampus.
Sebuah tempat yang tidak terlalu ramai dalam keadaan gelap hanya
lampu remang-remang yang menemani wajah gadis kecil yang sedang duduk di kamar.
Ia sedang berfikir tentang kehidupannya yang jauh dari orang tua. Dulu dekat
dengan orang tua makan tinggal makan, sekarang apa saja diperhitungkan mau bagaimana
lagi, uang jatah bulanan selalu dibagi
sana sini. Pintar-pintar saja membagi uang untuk hidup satu bulan. Ia sedang berbaring di tempat tidur sambil
mendengarkan lagu tulus yang berjudul Monokrom. Ia memutar lagu itu berkali
kali.
Duh ! kenapa hidup ini susah sekali, merantau ke kota yang besar
untuk menuntut ilmu. Ilmu dituntut terus, padahal ilmu ngga pernah salah. Sudah
jauh dari orang tua, jarang pulang, apalagi belum bisa membagi jatah uang bulanan.
Orang tuaku memberi jatah uang sebulan sekali, kalau tidak pandai membagi uang.
Bisa saja pertengahan bulan jatahku sudah amblas. Hanya saja terkadang aku
khilaf, baru diberi uang matanya sudah kemana-mana. Segala jenis makanan
dibeli. Giliran akhir bulan benar-benar terasa kering. Hidup ditanggal muda
memang berbeda dengan hidup ditanggal tua, setiap tanggal muda makan tinggal
pilih, tanggal tua ya begini untuk makan saja susah apalagi tidak punya saudara,
benar-benar hidup sendiri di kota orang. Dulu aku tidak berniat untuk kuliah di
kota ini, kota tujuanku adalah Yogyakarta. Tapi, orang tua tidak merestuiku. Ya
sudahla, mau bagaimana lagi. Hidup itu untuk berjalan bukan untuk berlari,
seperti berlari dari kenyataan. Mau tidak mau aku harus menjalaninya.
Aku berbeda dengan anak-anak lain yang setiap minggu pulang dan
bisa menikmati waktu liburan bersama keluarga. Sedangkan aku ? pulang saja
hanya numpang tidur. Maklum la, disini didominasi orang-orang dari Kendal,
Pemalang, Pati, Jepara, Batang. Jarang sekali orang-orang dari daerah
Purwokerto. Jadi, aku sudah terbiasa menjadi penghuni kost. Semacam uji nyali
di kota orang. Aku pulang ke rumah hanya 2 atau 3 bulan sekali, menunggu libur
panjang. Paling tidak jum’at sampai minggu. Aku hanya menghabiskan waktu di
rumah selama 3 hari itu saja lama dalam perjalanan. Ya, hidupku hanya sebatas
dari mobil ke mobil. Ya, mobil travel yang terkadang nyawa menjadi taruhannya.
Pahamkan ? (Bertanya kepada penonton) Supir ugal-ugalan. Mungkin dia
fikir manusia mempunyai 7 nyawa seperti kucing.
Meskipun sama-sama orang jawa, aku merasa asing tinggal disini. Mulai
dari makanan, budaya, bahasa saja sudah berbeda. Sekarang, tidak perlu
jauh-jauh sampai ke Jepara. Orang Pemalang saja yang sama-sama ngapak logatnya
sudah beda, apalagi kosa katanya.
Ia masih saja duduk sendiri dan terus mengerutu.
Memangnya enak hidup jauh dari orang tua ? enak tidak ada aturan ?
(Bertanya kepada penonton) boro-boro begitu. Jauh dari orang tua
tanggung jawabnya lebih besar, bukan hanya kepada orang lain tetapi tanggung
jawab kepada diri sendiri. Sekarang, apa saja dilakukan sendiri. Meskipun sudah
terbiasa kost sejak SMA, tapi tetap saja berbeda. Mungkin karena berbeda kota.
Jadi terkadang merasa sendiri. Aku juga tinggal diantara orang-orang yang
beragama Non Muslim, memang lebih banyak yang beragama kristen dan katolik. Aku
nyaman tinggal disini, meskipun berbeda kita tetap saling menyapa. Memang sikap
individualis sangat terlihat. Awalnya aku tidak yakin tinggal disini, lama
kelamaan aku sudah terbiasa.
Terdengengar seseorang mengetuk pintu berkali-kali.
Iya, siapa itu ? (kataku)
Tok tok tok
Siapa ?
Tok tok tok
Hey, siapa itu ? Tidak usah
mengangguku ! Kalau mau masuk, masuk saja. Tidak usah bersembunyi
dibalik pintu.
Tok tok tok
Gedoran bertambah keras
Ternyata kamu Ros. Ada apa? masih mau menghancurkan lamunanku?
Ia berpindah dari tempat tidur dan duduk di kursi sambil melamun.
Terkadang ada saja pikiran yang mau mematahkan impianku, andai saja
aku tidak memilih untuk kuliah disini, pasti aku tidak akan merasakan seperti
ini. Dulu, waktu masih SMA meskipun kost tetap saja bisa pulang seminggu
sekali. Sedangkan sekarang ? Mana mungkin, sudah 2 kali Hari Raya Idul Adha aku
selalu merasakan disini. Tapi, kapan aku mandiri kalau masih saja begitu. Ah
sudah laa, lagi pula aku disini atas restu orang tua pasti semuanya tidak akan sia-sia. Aku ingin kelak kalau
sudah lulus Sarjana, kembali ke kampung halaman. Agar bisa mengabdi dan berbagi
pengalaman disana.
Dulu semester 1 sampai semester 4 hidupku ibarat kupu-kupu. Ya,
kuliah pulang. Kuliah pulang. Hidupku hanya sebatas kampus dan kos-kosan.
Semenjak semester 4 aku mengikuti Ukm sangkatama. Padahal, sejak SMA aku tidak pernah
bermain gamelan. Bukan hanya gamelan kegiatan lain saja aku tidak pernah
mengikuti.
Beralih dari kursi lalu ke tempat tidur
Tempat tidur yang berukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil tetapi sangat nyaman dan menjadi saksi bisu betapa sedihnya hidup jauh dari
orang tua . Masih saja berbaring dan berfikir di atas kasur.
Aku ingin kembali ke rumah
Hanya itu yang terlintas dibenaknya.
Biografi
Nama : Nurma Isni Sofiriyatin Nahar
TTL : Banyumas, 9 Juni 1997
Alamat :
Cingebul RT 01 RW 03, Lumbir. Banyumas
Pendidikan : SD N
Cingebul 1
SMP N Karangpucung 1
SMA N Wangon
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UPGRIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar